Menjadi Luar Biasa
Dulu ketika masih sekolah di MAN 3 Kediri (sekarang menjadi MAN 2 Kediri), penulis pernah suatu hari telat datang ke sekolah.
Ketika itu, pagi² sekali, seperti biasa, penulis abis sholat subuh ngaji Alquran di MMQ Lirboyo asuhan Alm. Kiyai Maftuh Bahtsul Birri, yang jarak antara kamar penulis dan pondok Quran itu sekitar setengah kilometer, dan penulis biasanya hanya jalan kaki.
Pas waktu itu yang ngaji Qur'an lumayan banyak, sehingga penulis baru bisa ngaji ke ustadz sekitar jam 6. Setelah ngaji selama 5 menit, penulis langsung buru² balik ke kamar. Biasanya penulis sudah mandi sebelum subuh, sehingga ketika selesai ngaji Qur'an penulis bisa tinggal ganti baju seragam dan tancap gas, naik sepeda berangkat sekolah.
Prediksi penulis, karena waktu itu sudah menunjukkan jam 6.15, pasti penulis telat. Dalam perjalanan yang biasanya memakan waktu 30 menit, tak henti²nya penulis mengucapkan sholawat, katanya sholawat membawa selamat.
Dan benar saja, penulis sampai di gerbang sekolah pukul 06.45, sedangkan bel masuk sekolah jam 6.30.
Penulis sampai di gerbang sekolah langsung turun dari sepeda Phoenix (jengki) berwarna biru milik penulis, lalu menuntunnya pelan.
Terlihat disamping masjid MAN 3 waktu itu anak2 yang telat sedang dihukum sama Alm. Pak Nyoto, Bu Nurlaili dan alm. Pak Isro'.
Penulis menuntun sepeda dengan pelan. Ketiganya, guru dan Pak keamanan, nampaknya tidak melihat penulis.
Lalu penulis jalan melewati koridor ketemu sebagian temen2 penulis yang juga sedang dihukum. Beberapa melihat penulis, tapi penulis tetap jalan saja santai.
Pas setelah penulis melewati koridor, di dekat perpustakaan, penulis ketemu Pak Muhammad yang menuju ke depan, beliau juga guru yang biasa menghukum murid2 telat. Saya hanya mengangguk dan tersenyum. Sepertinya pak Muhammad terkejut karena saya bisa lolos, tapi beliau tidak 'menangkap' saya.
Akhirnya saya sampai di kelas dengan 'selamat'. Sepeda saya yang saya taruh di taman saya tuntun ke parkiran sepeda setelah jam pelajaran pertama usai.
Mendebarkan, tapi selamat. Bagi saya itu adalah hal yang luar biasa. Diluar nalar. Apakah itu berkat sholawat?