Utiny: Sebuah Perjalanan Cukup Panjang
Berawal dari sebuah keinginan penulis
untuk memperkenalkan dunia mikrokontroller ke masyarakat umum, pada
tanggal 15 September 2014, penulis dan kedua temannya mengajukan
proposal usaha pada Program Mahasiswa Wirausaha. Sesuai
dengan judul yang diajukan pada waktu itu, “Utiny: Sebuah
Downloader Mikrokontroller buatan ATMEL”, penulis mendirikan
sebuah usaha yang bernama Utiny.
Nama
utiny sendiri adalah nama yang sederhana dan memiliki makna yang
sederhana pula. Utiny
pada awalnya dimaksudkan sebagai singkatan dari USBtiny, yaitu produk
yang ingin dibuat oleh penulis dan teman-temannya.USBtiny
adalah sebuah downloader untuk mikrokontroller buatan ATMEL yang
dikembangkan oleh Ladyada, yang
menggunakan
ATtiny45/85. Sebuah produk yang
terbilang mahal. Tapi tanpa memperduliakan hal
itu, setelah
dana dari PMW cair pada
bulan Oktober, penulis
langsung gerak cepat untuk merealisasikan hal itu. Tapi
sayang, produk yang diidam-idamkan itu gagal karena kekurang
pengetahuan penuils soal komponen SMD. Penulis
telalu rapat ketika mendesain PCB, sehingga hasil produk panas ketika
diuji coba. Merasa gagal, penulis
dan teman-temannya akhirnya putus asa dan tidak melanjutkan usaha
lagi.
Mereka akhirnya off selama 1
bulan. Pelajaran pertama: buatlah
usaha yang mampu untuk kamu
kerjakan!
Pada
bulan Desember, ETU (Entrepreneur Training Unit), sebuah organisasi
kewirausahaan Polinema yang juga menaungi PMW, mengadakan diklat yang
diadakan di P-WEC (Petungsewu Wild Education Center), yang diikuti
oleh para penerima PMW Polinema pada tahun 2014. Dari
pelatihan itulah semangat penulis dan temannya dibakar lagi.
Pelajaran kedua: diklat itu kadang
memberikan gesekan
tersendiri, karena disana kita bertemu dengan orang-orang yang
mungkin sama nasibnya dengan kita.
Setelah pulang dari diklat, penulis mulai
mendesain lagi sebuah produk. Kali ini bukan USBtiny yang dibuat,
tapi minimum system.
Produk yang dibuat ketika itu
semuanya menggunakan komponen SMD
untuk membedakan dengan produk
sejenis. Karena ketika itu
ATmega16 yang mau digunakan oleh penulis habis di pasaran, akhirnya
penulis menggantinya dengan ATmega32 yang harganya lebih mahal.
Karena penulis beranggapan produk
penulis akan laku di pasaran, tanpa pikir panjang penulis langsung
membeli ATmega32 (SMD) dengan jumlah banyak. Tapi lagi-lagi produk
itu gagal.
Kegagalan ini disebabkan oleh kurangnya
teknologi yang dimiliki. Komponen SMD harus solder khusus, yaitu
solder uap, solder yang digunakan
untuk menempelkan komponen ke PCB,
karena pada saat itu penulis menggunakan solder tangan, banyak
kaki-kaki ATmage
32 yang akhirnya menempel satu sama lain. Akhirnya
gagallah prototiping itu.
Prototiping
yang dilakukan oleh penulis
waktu itu
tiga kali, dan semuanya gagal, ada sebagian ATmega32 yang akhirnya
putus gara-gara penulis cabut secara paksa. Penulis
kembali putus asa pada saat itu. Bagaimana tidak, usaha keras yang
penuils kerjakan mulai dari desain
PCB, menyetak PCB, memasang jumper, memasang komponen kecil-kecil,
mecetak stiker
untuk masking, semuanya percuma. Pelajaran
ketiga: teknologi itu kadang-kadang juga penting!
Pada
bulan februari penulis harus melaksanakan praktek
kerja lapangan [PKL]. PKL ini
begitu menyita waktu penulis, sehingga usaha
yang baru mulai berdiri itu terpaksa berhenti
dulu selama sebulan. Pada waktu
itu penulis melaksanakan PKL di Industri Kereta Api Madiun. Awal-awal
masuk PKL penulis kaget oleh alat-alat di industri yang ukurannya
besar-besar, paling tidak lebih besar daripada komponen elektronika
yang biasa penulis pegang. Di sana
penulis merasa begitu kecil. Bagaimana tidak, INKA
adalah perusahaan pemroduksi kereta api satu-satunya yang ada di
Indonesia. Sebuah perusahaan yang
begitu besar yang memproduksi barang-barang dalam jumlah sangat
besar. Ketika kubandingkan dengan
perusahaan yang penulis rintis, penulis merasa seperti
sebuah kerikil kecil
yang tidak ada apa-apanya. Tapi
tidak tahu kenapa,
keadaan yang sangat rendah itu
membuat penulis bersemangat untuk
melanjutkan usaha penulis. Penulis
menjadi sangat tidak sabar untuk segera
kembali ke Malang dan memproduksi lagi. Apalagi
jika dibandingkan dengan yang ada di INKA. Bekerja
sebagai pemroduksi kereta itu lebih
berat daripada meproduksi
minimum system. Pelajaran keempat:
berkunjung dan belajar kepada yang
lebih berpengalaman itu juga
penting.
Setelah
pulang dari PKL, penulis kembali mendesain produk. Penulis
hilangkan idealisme penulis untuk membuat minimum system terkecil.
Kali ini penulis membuat minimum
system dengan komponen Atmega yang berbentuk Pad, yang ukurannya
lebih besar daripada yang SMD. Alhamdulillah,
kali ini produk yang dihasilkan
berhasil, dan jalan. Tapi, masih ada kekurangannya. Dan
kekurangan ini sangat menggangu. Penulis
tidak mengira kalau Eagle yang digunakan oleh pembuat PCB versinya
berbeda dengan yang digunakan penulis. Nama-nama
kaki Atmega tidak tercetak pada
tempatnya, bahkan tinggal satu dan itu tidak pada tempatnya. Karena
ada lampu kuning untuk perusahaan
yang penulis rintis ini,
penulis mendesain ulang dan
memastikan bahwa perbedaan versi
software bisa ditoleransi. Dan
berhasil!Tapi..
Pelajaran kelima: pengalaman
adalah guru yang terbaik.
Ada
kesalahan lagi. Penulis terlalu
mengidolakan kompoenn SMD, sehingga membuat
tampilan hasil produk tidak sedap
dipandang. Tanpa pikir lagi soal
capek. Penulis mendesain ulang
lagi. Penulis merasa sudah
terlatih dengan kegagalan.
Dan berfikir, mungkin kurang satu
langkah lagi penulis sudah ketemu
dengan oasis untuk istirahat. Dan
penulis bangkit lagi. Dan
berhasil! Hasilnya tidak terlalu
buruk dan cukup pantas untuk dijual. Akhirnya penulis bisa merilis
produk pertama Utiny: MS15. MS
singkatan dari Minimum System, sedang 15 adalah tahun perilisannya.
Dua minggu setelah rilis, alhamdulillah
ada dosen yang membeli produk
mahasiswanya, dan terjuallah
5 buah MS15. Pelajaran keenam:
ketika masih berjuang,
anggaplah kurang satu langkah lagi kamu akan menemukan oasis di
padang gurun yang luas.
MS15
adalah satu-satunya produk Utiny pada saat itu. Tapi
pada minggu
itu juga ada teman penulis yang
juga pesan Minimum System kepada
penulis. Penulis menyanggupinya.
Dalam pikiran penulis sahabat
penulis itu ingin pesan Minimum System saja seperti
MS15 itu. Tapi penulis salah,
ternyata dia pesan Minimum System
sekalian Downloader. Tapi penulis
iyakan saja pesanan itu, walaupun
pada waktu itu penulis belum memiliki
desain
yang pas untuk yang dia pesan.
Penulis membayangkan begitu
panjang besar
dana untuk prototiping pada masa
lalu. Penulis ragu apakah bisa
merealisasikan pesanan itu. Tapi
penulis terlanjur menyetujui proyek itu dan penulis juga sudah
dikasih uang muka untuk pesanan sahabat tersebut. Mau
tidak mau penulis harus segera
mengerjakan proyek itu. Sepulang
dari kampus, penulis
langsung mendesain produk
pesanan yang pada akhirnya menjadi MD15, salah satu produk Utiny yang
laku di pasaran.
Dalam pikiran penulis pada waktu itu:
jika produk ini gagal, penulis akan rugi cukup banyak, tapi jika
berhasil, ini bisa menjadi salah satu produk andalan Utiny! Karena
sudah memiliki cukup pengalaman, berhasillah proyek itu tanpa gagal
lagi. Alhamdulillah, walau
ada sedikit kegagalan, tapi kegagalan itu tidak ada apa-apanya dengan
kegagalan-kegagalan sebelumnya. Dan berhasil! Alhamdulillah..
Pelajaran ketujuh: jangan
takut untuk mengambil resiko.
Dari
keberhasilan kedua itu, penulis
akhirnya lebih bersemangat untuk
mebuat produk lagi yang lebih
murah dan minimalis. Mungkin jatah
kegagalan dari Tuhan penulis sudah habis, atau masih ada tapi
disimpan dulu untuk sementara waktu. Karena produk selanjutnya, yaitu
mMS15 (mini Minimum System 15),
berhasil tanpa suatu halangan
apapun. Walau
belum laku sama sekali, tapi
produk itulah yang paling disayangi
penulis. Jika disuruh membeli
salah satu produk Utiny, bisa jadi penulis membeli yang mMS15 itu,
karena ukurannnya sangat kecil dan murah pula. :D. Pelajaran
kedelapan: tiap orang itu punya
jatah kegagalan masing-masing. Mumpung masih muda, habis
kan jatah gagal itu biar Anda disegerakan untuk sukses. Amiin..
Ketika pada
titik ini, yang penulis
inginkan
berkarya dan berkarya, entah itu
berupa devais atau apapun. Rasa
keberhasilan setelah banyak kegagalan itu begitu nikmat. Mungkin
seperti di oasis tadi, penulis
seperti bisa istirahat tenang setelah jatuh bangun mencari
oasis yang entah itu fatamorgana atau asli. Pelajaran
kesembilan: Oasis itu memang segar :P
Untuk
saat ini penulis sedang
mengerjakan pesanan dari sahabat saya yang lain. Dan
itu jenis yang lainnya lagi. Insyaallah
sudah bisa rilis minggu depan.. Terimakasih
sudah membaca.. :)